MY LIFE MY ADVENTURE
SUKA - SUKA GUA LAH MAU SHARE APA
Rabu, 04 November 2015
Edson Arantes do Nascimento
Cedera serius yang dialami saat bermain di partai pembuka melawan Meksiko membuat Pele harus puas menyaksikan kejayaan rekan-rekan setimnya saat keluar sebagai juara di Piala Dunia 1962. Menjadi bintang besar dan dianggap sebagai pemain berbahaya di dunia membuat gerak-gerik Pele selalu diawasi oleh setiap lawannya. Cedera serupa juga dialami Pele saat tampil di Piala Dunia 1966. Ironisnya tanpa kehadiran Pele, saat itu Brasil mengalami nasib tragis karena harus tersingkir di babak awal.
Pele harus menunggu sampai Piala Dunia 1970 diselenggarakan. Saat itu obsesinya untuk membawa Brasil memboyong tropi Jules Rimet untuk selamanya akhirnya menjadi kenyataan. Bersama Jairzinho, Tostao, Rivelino, dan Carlos Alberto, Pele sukses menjadi pemain pertama yang mampu merasakan tiga kali menjadi juara dunia. Dalam partai final pada Piala dunia 1970 itu juga Pele mampu melengkapi rekor gol ke-100 yang dijaringkan Brasil selama mengikuti Piala Dunia. Usai partai final Piala Dunia 1970 harian terkemuka Sunday Times dalam headline-nya mengangkat judul : “Bagaimana anda mengeja Pele? G-O-D (T-U-H-A-N/red)”.
Sepanjang kariernya sebagai pemain, Pele telah 92 memperkuat Brasil dalam partai internasional dengan koleksi 77 gol. Prestasinya di klub bersama Santos di Liga Brasil (1956-1974) maupun bersama New York Cosmo di Liga Amerika (1975-1977) juga sangat spektakuler. Bersama Santos, Pele 11 kali menjuarai kompetisi Sao Paulo, 6 kali juara Piala Brasil, 2 kali juara Copa Libertadores serta 11 kali menjadi topskor di kompetisi Sao Paulo. Secara keseluruhan Pele telah mencetak 1281 gol dalam 1363 pertandingan. Bahkan setiap tanggal 19 November para pendukung Santos merayakan “Pele Day” atau “Hari-nya Pele” untuk mengenang gol ke-1000 yang dicetak Pele di Stadion Maracana.
Sejak memutuskan pensiun dari sepakbola, Pele yang kini menjabat sebagai duta besar keliling Brasil sering menjadi duta untuk mempromosikan negaranya. Dia juga menjadi duta untuk badan dunia PBB dan UNICEF adalah satu-satunya pemain yang merasakan tiga kali mengangkat tropi Piala Dunia, pemain paling jenuis yang pernah terlahir di muka bumi. dijuluki sebagai pesepakbola paling sempurna. Setiap kali “Selecao” bermain cantik, orang pasti mengidentikannya dengan kehadiran si pemilik No. 10.
Selasa, 04 Oktober 2011
Tanaman Hidroponik Paprika
Salah satu produsen tanaman hidroponik paprika berasal dari Garut dengan nama "terbangnya" HADE FARM. Hade farm yang terletak di Ciharus, Cikajang kab. Garut ini menghasilkan paprika yang ditanam secara hidroponik.
persepak bolaan indonesia
Albertus Pentury didaulat PSSI sebagai instruktur pelatih Indonesia, dengan kekhusuan pembinaan usia muda. Menurut Bert, panggilannya, Indonesia tetap bisa berprestasi tanpa harus mengandalkan postur tubuh tinggi.
Senin (3/10/11), di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Komite Eksekutif PSSI Bob Hippy memperkenalkan pria kewarganegaraan Belanda, berdarah Maluku dan kelahiran Medan tersebut sebagai instruktur pelatih untuk pembinaan usia muda di Indonesia.
Bert, yang merupakan instruktur KNVB (Organisasi Sepak Bola Belanda), cukup banyak mengantongi informasi seputar perkembangan sepak bola di Indonesia, dan membandingkannya dengan sistem di Belanda.
“Prinsip di KNVB, cara yang tepat untuk belajar bermain sepak bola adalah dengan bermain sepak bola. Jadi kalau ingin belajar sepak bola, harus ada bolanya,” ujar Bert, yang mengantongi lisensi pelatih Pro terbitan UEFA ini.
“Artinya, melatih pemain usia muda harus ada polanya. Teknik sangat penting dan harus dengan bola agar anak-anak segera terbiasa,” lanjutnya.
Pentury kemudian mengungkapkan bahwa dari segi potensi, Indonesia tidak kalah dari negeri penghuni peringkat kedua dunia versi FIFA. Perbedaannya hanya pada sistem kepelatihan. Menurutnya, metode kepelatihan di Belanda cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Ketika ditanya perbedaan postur tubuh antara Indonesia dengan Belanda, Bert yakin hal tersebut tidak akan menjadi masalah.
“Postur tidak penting, yang penting adalah teknik. Kalau ada teknik, suatu tim bisa mengalahkan tim apa saja,” tandasnya.
Keseragaman pola pembinaan usia dini juga menjadi salah satu hal yang ingin diterapkan Bert di Indonesia, seperti yang diterapkan di Belanda.
“Di Belanda, di bawah usia 18 tahun, setiap tim memakai strategi 4-3-3, sedangkan di Indonesia berlainan di tiap tim. Di Belanda, umur 7-8 tahun, dibiasakan pertandingan 4 lawan 4. Sesudah itu, 7 lawan 7 di usia 9-10 tahun,” papar pelatih berusia 63 tahun itu.
Langganan:
Postingan (Atom)